Senin, 29 Juni 2015

ARTIKEL BK KARIR



ARTIKEL BK KARIR


DOSEN : DIAN RENATA, S. Pd
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN KREATIVITAS

NAMA                                                                                                                 NPM
ELVIRA DESRI VIANI                                                                              201101500080








PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
                                                                               2015












ARTIKEL BK KARIR
Karir bagi siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan. Untuk membentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di masyarakat.
Keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, menurut Hoppock yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi mengemukakan pokok-pokok pikirannya yang terdiri dari sepuluh butir yang kemudian dijadikan tulang punggung dari 10 butir teori di antara lain:
1.      Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan
2.      Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya
3.      Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya
4.      Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tetentu
5.      Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya
6.      Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/karir yang diinginkan
7.      Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya
8.      Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang
9.      Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan dating
10.  Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.
Dari dasar teori tersebut tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir tanpa bantuan dan bimbingan dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan arahan dari konselor.
Faktor Yang mempengaruhi Pemilihan Karir
1.      Faktor yang ada dalam diri siswa diantaranya adalah: tingkat intelegensi, sikap mental,Jenis kelamin, agamam dan minat terhadap suatu karir
2.      Faktor di luar siswa diantaranya; tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat
Dari kedua faktor tersebut diatas merupakan faktor yang mendasar, namun masih banyak lagi faktor yang menyertai kesulitan siswa dalam memilih karir, salah satu faktornya adalah faktor kebutuhan, seperti apa yang disampaikan oleh A.H. Maslow yang dikutip oleh Moh. Surya menyatakan bahwa kebutuhan manusia terdapat lima macam yaitu:
a.       Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang erat kaitannya dengan kebutuhan jasmani
b.      Kebutuhan rasa aman yaitu memperoleh rasa aman, bebas dari rasa takut, ketegangan, kelaparan dan kehilangan
c.       Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk memiliki dan butuh bantuan dari orang lain misalnya, bergaul, berorganisasi, berkelompok dan saling mengenal
d.      Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yaitu untuk mempertahankan harga dirinya dan kebutuhan untuk dihargai, misalnya memperoleh Penghormatan
e.       Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu: untuk menampakkan dirinya sebagai seorang pribadi yang khas (berbeda dari orang lain). Adapun jenis masalah yang sering di alami siswa pada bidang karir ini adalah :
1. Kurang memahami tujuan sekolah
2. Masih belum memahami ketrampilan apa yang harus di kuasai
3. Masih ragu untuk melanjutkan studi
Jenis layanan bimbingan yang di gunakan yaitu di antaranya :
a.       Bimbingan karir
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang berharga melaui proses pendidikan untuk mempersipakn siswa memasuki dunia kerja. Salah satu bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan, program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu. Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana merencanakan masa depan. Artinya siswa mulai dari kelas satu sampai tamat SMK dilatih, dibimbing untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana merencanakan karir sepanjang hidup (career life span).
b.      Layanan Informasi
Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa (orang tua) menerima dan memahami informasi pendidikan. Makna layanan Informasi dalam bimbingan karir di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang semakin kompleks, khususnya siswa akan dihadapkan pada berbagai macam kemungkinan pilihan hidup yang penting, seperti pilihan untuk melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan tentang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini menuntut kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang tidak dapat memahami potensi yang dimliki, di duga mereka juga tidak akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir, akhirnya akan mengalami masalah.
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan butir-butir berikut:
1.      Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.
2.      Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja
3.      Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
4.      Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.
5.      Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan pekerjaan.
6.      Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.
7.      Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.
8.      Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.
9.      Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
10.  Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
11.  Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja
12.  Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan
13.  Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan
14.  Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan
15.  Ciri-ciri khas tempat kerja
c.       Layanan penempatan dan penyuluhan
Layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat, misalnya; penempatan dan penyaluran di dalam kelas; kelompok belajar; jurusan atau program khusus. Serta memilih kegiatan ekstrakurikuler,dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
Profil Kematangan Karir Remaja :
1.      Perencanaan karir (career planning), merupakan aktivitas pencarian informasi danseberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisitersebut didukung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsur padasetiap pekerjaan. Indikator ini adalah menyadari wawasan danpersiapan karir, memahami pertimbangan alternatif pilihan karir danmemiliki perencanaan karir dimasa depan.
2.      Eksplorasi karir (career exploration), merupakan kemampuan individu untuk melakukan pencarian informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti kepada orang tua, saudara, kerabat, teman, guru bidang studi, konselor sekolah, dan sebagainya. Aspek eksplorasi karir berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh siswa dari berbagi sumber tersebut. Indikator dari aspek ini adalah mengumpulkan informasi karir dari berbagai sumber dan memanfaatkan informasi karir yang telah diperoleh.
3.      Pengetahuan tentang membuat keputusan karir (decision making). Aspek ini menurut Super (Sharf, 1992: 157) adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan pemikiran dalam membuat perencanaan karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat keputusan karir, dengan asumsi apabila siswa mengetahui bagaimana orang lain membuat keputusan karir maka diharapkan mereka juga mampu membuat keputusan karir yang tepat bagi dirinya.
4.      Pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of work information). Aspek ini terdiri dari dua komponen menurut Super (Sharf, 1992: 158), yakni terkait dengan tugas perkembangan, yaitu individu harus tahu minat dan kemampuan diri, mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengetahui alasan orang berganti pekerjaan. Komponen kedua adalah mengetahui tugas-tugas pekerjaan dalam suatu jabatan dan perilakuperilaku dalam bekerja.
5.      Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group). Aspek ini menurut Super (Sharf, 1992: 158) adalah siswa diberi kesempatan untuk memilih satu dari beberapa pilihan pekerjaan, dan kemudian ditanyai  mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Mengenai persyaratan, tugas-tugas, faktor-faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan dan mengetahui resiko-resiko dari pekerjaan yang dipilihnya. Indikator pada aspek ini adalah pemahaman mengenai tugas dari pekerjaan yang diinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan, mengetahui faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang diminati dan mampu mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin muncul dari pekerjaan yang diminati.
6.      Realisasi keputusan karir (realisation). Realisasi keputusan kariradalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis. Aspek ini menurut Super (Sharf, 1992: 159), antara lain: memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan, mampu melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat karir yang diinginkan, mampu mengambil manfaat membuat keputusan karir yang realistik.
7.      Individu yang memiliki kematangan karir yang baik berarti telah memiliki orientasi karir (career orientation). Orientasi karir didefinisikan sebagai skor total dari: 1) sikap terhadap karir, 2) keterampilan membuat keputusan karir, dan 3) informasi dunia kerja, menurut Super (Sharf, 1992: 159). Sikap terhadap karir terdiri dari perencanaan karir dan eksplorasi karir. Keterampilan membuat keputusan karir terdiri dari kemampuan menggunakan kemampuan dan pemikiran dalam membuat keputusan karir. Informasi karir terdiri atas memiliki informasi tentang pekerjaan tertentu dan kelompok pekerjaan yang lebih disukai.



Minggu, 21 Juni 2015

BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK



TUGAS

NAM A : SURONO
NPM   : 201101579011



BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

       Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan pelayanan konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997) layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok merupakan dua jenis layanan kegiatan yang saling keterkaitannya sangat besar. Keduanya mempergunakan dinamika kelompok sebagai media kegaitannya. Lebih jauh Sukardi dan Kusmawati (2008) mengungkapkan bahwa masalah yang dapat dibahas meliputi berbagai masalah dalam segenap bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir). Layanan Konseling kelompok yang memungkinkan beberapa orang secara bersama-sama melangsungkan proses kegiatan menjadikannya lebih efisien dalam hal penggunaan waktu. Hal ini tentu menguntungkan banyak pihak, mulai dari konselor itu sendiri dan konselinya. Manfaat lain dari BK kelompok ini adalah menjadi luasnya perspektif siswa yang mengalami masalah karena mendapatkan banyak masukan dari anggota kelompoknya. Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan bimbingan konseling kelompok, maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak hanya itu langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan bimbingan konseling kelompok pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh konselor, bahkan hingga proses tindak lanjut sekali pun. Masalah dalam konseling kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya Pelayanan konseling kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.

A.  Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002 :48),bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Prayitno ( 1995 : 62 ) menyatakan Bimbingan kelompok berarti memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok lebih merupakan suatu upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok.

B.  Pengertian Konseling Kelompok
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003), konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
Menurut Winkel (2007), konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari..
Menurut Prayitno (2004), layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Layanan Konseling Kelompok (KKp) adalah layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Layanan Bimbingan Kelompok (BKp) adalah layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama- sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan ( topik ) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik ) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial,
serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang : Interaksi yang dinamis Keterikatan emosional Penerimaan Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang. Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam. Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat). Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Menurut Winkel (2004: 592), Tujuan umum layanan KKp dan BKp adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan KKp dan BKp hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat
dikembangkan. Khususnya untuk layanan KKp, selain bertujuan sebagaimana BKp, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam layanan KKp dan BKp berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok. Pemimpin Kelompok Pemimpin Kelompok ( PK ) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, Konselor memiliki ketrampilan khusus menyelenggarakan KKp dan BKp. Dalam KKp dan BKp tugas PK adalah memimpin kelompok yang benuansa layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Secara khusus, PK diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas. Anggota Kelompok Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota KKp atau BKp. Untuk terselenggaranya KKp atau BKp seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok dimana didalam suatu kelompok besarnya kelompok dibatasi. Besarnya kelompok ( jumlah anggota kelompok ), dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok

LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN DAN
KONSELING KELOMPOK
Prosedur pelaksanaan menurut Prayitno Bimbingan kelompok dan Konseling Kelompok diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu :

  1. Tahap Pembentukan
       Dilihat dari prosesnya, pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok diawali dengan tahap pembentukan. Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan anggota kelompok. Sebelum perkenalan pada bagian awal dijelaskan tujuan umum, prinsip, serta prosedur kegiatan. Jangan lupa, berikan apresiasi kepada semua anggota yang hadir pada saat itu. Apresiasi dapat dilakukan dalam bentuk ucapan selamat datang dan terima kasih atas kehadirannya. Misalnya :

” Selamat datang anak-anak, pada pertemuan kita kali ini. Senang sekali Ibu bisa bertemu Anda, teriring harapan semuga pertemuan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi kita semua.”

Sementara itu, agar proses perkenalan efektif, maka guru pembimbing sebaiknya memberikan contoh, sekaligus memulai proses perkenalan. Setelah selesai, guru pembibing selanjutnya meminta masing-masing siswa memperkenalkan dengan cara dan gayanya sendiri. Dapat diprediksi, cara siswa memperkenalkan diri akan mendekati cara guru guru memperkenalkan diri. Hal ini tentu saja sebuah kemajuan, karena biasanya ketika diminta memperkenalkan diri, mereka hanya sekedar menyebutkan namanya, sesuatu yang selama ini sudah sangat dikenal. Agar suasana lebih terasa familiar, guru pembimbing dapat memberikan lontaran-lontaran kepada siswa yang memperkenalkan diri, misalnya ketika siswa yang memperkenalkan diri tidak menyebutkan kegemarannya, dapat dilontarkan joke. Lontaran-lontaran tersebut dapat pula dilakuakn oleh anggota kelompok yang lain. Posisi pemimpin kelompok sangat strategis dalam kegiatan ini. Oleh karena itu pimpinan kelompok perlu memusatkan perhatian pada :
  • Penjelasan tentang tujuan kegiatan
  • Penumbuhan rasa saling mengenal antaranggota
  • Penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima
  • Penggerak pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam
kelompok.
Pada pertemuan pertama, memang harus diakui jika waktu yang dibutuhkan untuk masing-masingkelompok relative lebih lama, dibandingkan pertemuan-pertemuan berikutnya. Hal ini dapat dipahami, karena pada pertemuan pertama perlu dibangun sebuah komitmen melalui pencairan suasana sekaligus penjelasan tentang tujuan serta prosedur penyelenggaraan bimbingan dan konseling kelompok. Sedangkan pada pertemuan-pertemuan kelompok berikutnya hal ini tidak perlu dilakukan secara rinci seperti ini. Akan tetapi pemberian apresiasi dari guru pembimbing, dengan cara yang khas, tetap perlu dipertahankan. Ungkapan bagaimana keadaan anggota kelompok, atau keadaan keluarga, merupakan cara efektif memeliha dan membangun hubungan antara guru pembibing dengan anggota kelompok, sekaligus menunjukkan apresiasi terhadap keadaan anggota kelompok.

  1. Tahap Peralihan
       Setelah tahap perkenalan selesai dilakukan, langkah berikut yang harus dilakukan adalah tahap peralihan. Tahap peralihan pada hakekatnya merupakan jembatan antara tahap pembentukan dengan tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan. Dengan kata lain, tahap peralihan ini merupakan tahap penegasan bahwa seluruh anggota telah memahami maksud, tujuan, dan prosedur penyelenggaraan bimbingan atau konseling kelompok, dan siap untuk aktifitas kelompok berikutnya. Pada tahap ini, pimpinan kelompokmenjelaskan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok pada tahap selanjutnya. Jika kelompok ini termasuk “kelompok bebas,” maka setiap anggota kelompok berhak mengajukan masalah yang menurut pendapatnya penting untuk dibahas. Sementara itu, jika kelompoknnya termasuk “kelompok tugas” maka masalah yang akan dibahas sudah disiapkan oleh pimpinan kelompok (guru pembimbing), dan para siswa diminta memberikan tanggapan dan saran-sarannya terhadap permasalahan yang diungkapkan tersebut. Salah satu contoh ungkapan yang dapat dilontarkan pada tahap peralihan ini adalah :

“Setelah kita saling mengenal dan mengetahui tujuan bimbingan kelompok, pada tahap selanjutnya saya meminta kalian untuk dapat berpartisipasi secara aktif seperti halnya kita terbuka ketika berkenalan.’’

Karena sifatnya penegasan dan jembatan, maka secepat tahap ini selesai, anggota kelompok pada dasarnya sudah siap untuk melakukan pembahasan tentang materi atau topic yang akan dijadikan bahan kajian, pada tahap kegiatan.

  1. Tahap Kegiatan
       Tahap kegiatan merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Pada tahap ini peran pimpinan kelompok lebih kepada mendorong, menghidupakan, dan mengarahkan dinamika kelompok. Pimpinan kelompok menjadi reflector dan sirkulator dari proses diskusi kelompok. Untuk “kelompok bebas,” proses kegiatan dimulai dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota kelompok mengemukakan permasalahan atau topik yang akan dibahas. Selanjutnya dihimpun, dipilih, dan disepakati dengan mempertimbangkan factor kemendesakan serta dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut. Untuk memberikan gambaran pada bagian berikut disajikan contoh, ketika guru pembimbing memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan permasalahan atau topik bimbingan

“Baik, sekarang saya meminta kalian, mengemukakan kira-kira topik atau permasalahan apa yang menurut Anda penting untuk dibahas dalam kegiatan kita kali ini. Masalah yang dikemukakan hendaknya bersifat umum bukan masalah pribadi, karena masalah pribadi akan dibahas dalam forum lain.”
“Baik siapa yang mau memulai …. ?”
Sementara itu, Untuk “Kelompok Tugas,” proses kegiatan dimulai dengan mengemukakan topik yang akan dibahas dan telah dipersiapkan oleh guru pembimbing sebelumnya. Topik ini dapat saja dianggkat dari berbagai kecenderungan prilaku yang dilakukan remaja, seperti dari hasil pengamatan, media masa, atau film. Pengantar yang dapat dilakukan guru pembimbing, diantaranya :

“Anak-anak topik yang akan dibahas pada pertemuan kali ini berkenaan dengan upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas narkoba. Kira-kira upaya apa yang menurut kalian tepat untuk kita lakukan ?”

Setelah masalah disepakati, langkah selanjutnya adalah melakukan pembahasan terhadap materi atau topic yang telah disepakati tadi. Dalam pelaksanaannya, guru pembimbing berperan untuk menstimulasi seluruh anggota agar masing-masing anggota berkontribusi, khususnya dalam memberikan pendapat atau solusi terhadap permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu, penggunaan teknik brainstorming atau curah pendapat sangat efektif digunakan. Dengan teknik ini, pada tahap awal, setiap peserta secara bergiliran diminta mengemukakan pendapatnya, dan hanya satu pendapat atau satu solusi dari sejumlah solusi yang mungkin dapat diberikan. Hal ini ini penting dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada semua anggota secara merata, sekaligus menghindari prilaku dominatif dari satu atau dua orang anggota, yang sering terjadi dalam sebuah diskusi Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengendalikan kecenderungan prilaku dominative tersebut, misalnya :

”Oke, sementara cukup satu dulu ya, kita coba dengarkan pendapat anggota yang lain, bagaimana ?”

Fenomena lain yang perlu diperhatikan dalam sebuah proses kelompok, adalah terlalu cepatnya komentar diberikan terhadap sebuah pendapat. Terlebih lagi jika komentar yang diberikan, bersifat menolak atau negatif. Peran guru pembimbing sebagai reflektor dan sirkulator pembahasan, harus dimainkan secara efektif. Penggunaan kata-kata :”bagus, good ide, menarik sekali pendapatnya, gagasan yang brilian, luar biasa pendapatnya, bagaimana pendapat yang lain”, atau ungkapan-ungkapan lainnya dapat digunakan sebagai media refleksi terhadap pendapat anggota. Penggunaan ungkapan di atas, merupakan penghargaan sekaligus memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mengambil insiatif dalam membahas suatu permasalahan. Dengan langkah seperti ini kelompok akan semakin dinamis, dan hal seperti inilah sesungguhnya yang diharapkan dari sebuah proses bimbingan kelompok. Berdasarkan pemikiran seperti ini maka bimbingan kelompok bukanlah sebuah pertemuan yang diisi hanya dengan memberikan informasi pada sejumlah siswa dalam sebuah kelompok. Bimbingan kelompok adalah sebuah proses membangun pemahaman dan kesadaran yang dilakukan secara dinamis dalam sebuah kelompok.

  1. Tahap pengakhiran
       Tahap ini merupakan tahap akhir dari suatu sesi kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Pada tahap ini perlu disajikan kembali kesimpulan dari hasil-hasil pertemuan sekaligus mengingatkan anggota tentang agenda pertemuan selanjutnya. Dalam prosesnya, upaya menarik kesimpulan sebaiknya dilakukan oleh anggota kelompok, peran guru pembimbing lebih diarahkan pada pemberian penekanan kepada anggota untuk memelihara komitmen anggota. Sebelum kegiatan ini berakhir, pemimpin kelompok, dalam hal ini guru pembimbing, meminta kesan-kesan dari para peserta dan kesan-kesan tersebut dapat dikaitkan dengan agenda pertemuan berikutnya,misalnya :

”Bagaimana kesan atau komentar Anda tentang kegiatan kita kali ini ?”
Jika peserta terdiam, guru pembimbing dapat menindaklanjutinya dengan pancingan pertanyaan berikut ini :
”Apakah kegiatan kita bermanfaat ?
Ada komentar ?”
Jika kesan atau respon yang disampaikan peserta tidak terlalu menggembirakan, guru pembimbing  dapat meminta pendapat siswa berkenaan dengan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan produktifitas kegiatan bimbingan kelompok. Sebaliknya jika respon peserta positif, maka pertanyaan berikut dapat diajukan, yaitu :
”Menurut kalian, apakah kegiatan kita ini perlu kita tindaklanjuti ?”
”Jika perlu, kapan sebaiknya pertemuan ini kita lanjutkan ?”
Mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan ini, guru pembimbing dapat memberikan ungkapan yang membangkitkan motivasi siswa, seperti :
”Terima kasih, kalian telah berkontribusi secara produktif dalam kegiatan ini, mudah-mudahan hasil pembicaraan yang kita lakukan dapat kita tindaklanjuti dengan baik. Selamat belajar, dan tetap semangat”